Predikat membanggakan kembali dicapai oleh delegasi Universitas Airlangga. Dalam International Conference in Organizational Innovation di Beijing pada 26-28 Juli 2016 lalu, delegasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sukses menyabet gelar Best Paper, atas nama Prof Dr Bambang Tjahjadi SE.,MBA., Ak., dan Outstanding Professor atas nama Badri Munir Sukoco SE., MBA., PhD.
Di Beijing, semua dosen disebut sebagai Profesor. Maka itu, meskipun Badri belum meraih gelar Guru Besar di UNAIR, dia tetap berhak atas sapaan itu dalam konferensi.
“Saya melakukan riset untuk membuat paper itu bersama Bu Noerlailie (Dr. Noerlailie Soewarno SE., MBA., Ak.) dan Bu Hariyati. Isinya, soal betapa penting strategi inovasi dalam bidang manufaktur,” kata Prof Bambang saat ditanya tentang karyanya pada Selasa lalu (2/8).
Pihaknya menegaskan, strategi inovasi yang dimaksud mesti dilakukan sejak tahap perencanaan, proses produksi, hingga pemasaran. Tanpanya, usaha manufaktur dalam negeri tidak akan sanggup bersaing dengan pihak asing.
Terlebih, saat ini gerbang globalisasi terbuka lebar. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai sejak akhir 2015 lalu, misalnya, sudah memperluas peluang perusahaan luar negeri masuk dan memasarkan produk di Indonesia.
Bambang menuturkan, Jawa Timur memiliki potensi besar di bidang manufaktur. Hal ini harus dimanfaatkan dengan baik. Karena bila hasil yang ditelurkan maksimal, imbasnya langsung berdampak di masyarakat. Bagaimana cara mengoptimalkannya? Dengan melakukan inovasi yang berdasar perkembangan zaman.
Bila terobosan yang dimaksud tidak dilaksanakan, bersiaplah tumbang dilalap para pesaing. Dan, tak menutup kemungkinan bakal sampai pada titik bangkrut. “Kalau bukan kita yang menguatkan usaha manufaktur nasional, siapa lagi?,” tutur Prof Bambang. (*)